Madinah, 10 Sya’ban 1444/ 2 Maret 2023
by. Oleh Ruhyana
Perjalanan menuju Madinah diawali dengan landing dari pesawat yang membawa saya, bapak Bae bin Sadha dan Abi Teungku Marzuki ditakdirkan Allah mendarat di Bandara King Abdul Aziz Madinah pada tengah malam hari, nampak secara kasat mata kemegahan bandara yang baru dibangun ini menyambut tamu Allah untuk melanjutkan perjalanan naik taksi menuju pemondokan di Dest Hotel gak jauh dari Masjid Nabawi. Keramahan petugas bandara dan orang-orang disekitar bandara menunjukkan begitu ramahnya penduduk Madinah pada umumnya. Keindahan malam hari seperjalanan tidak begitu terlihat jelas karena mata sudah sangat ngantuk perjalanan malam dari Jakarta langsung Madinah sekitar 9,5 jam start dari Jakarta ( Soeta) sekitar 17.00 dan tiba di Madinah sekitar pukul 01.00.
Dokumen pribadi: Oleh Ruhyana di Masjid Nabawi Madinah
Madinah pada umumnya relatif sama dengan daerah-daerah lain di Arab Saudi terdiri dari bukit-bukit berbatu, namun masih ditemukan lahan-lahan subur yang sangat memungkinkan tumbuh subur tanaman seperti kurma, sayuran yang tumbuh hijau di sekitar lembah-lembahnya, ini tentu berbeda dengan kondisi yang ada di Mekkah. Pagi hari sebelum Subuh Alhamdulillah mata sudah beranjak dari kepulasan untuk segera qiyamulail dan salat subuh berjamaah di Masjid Nabawi, rasanya sudah tak tahan sejak dari Jakarta ingin merasakan kedekatan dengan Rasulullah, langkah demi langkah diayunkan kaki sambil mendampingi orang tua yang sudah renta usia 85 tahun tetap mata tak tahan menahan kerinduan kepada Rasulullah yang makomnya berada di dalam Masjid Nabawi.
Karena pertama kali menginjakkan kaki di Masjidil Nabawi dan saking rindunya kepada Rasulullah tak ingat HP karena HP pun tidak berfungsi, tidak menyiapkan kuota internet di luar negeri sejak dari rumah di Bogor dan tidak ingat nama hotel tempat menginap, sepulang dari masjid lupa tadi datang dari arah sebelah mana? Akhirnya mengikuti orang kebanyakan sambil membawa sang kakek mencari-cari hotel yang semalam kita menginap, keliru mengambil jalan akhirnya sempet tersesat di hotel sebelah, untungnya masih ada yang menyapa,penjaga toko perakawan Arab Fakistan yang fasih bahasa Indonesia, dia bertanya dari Indonesia? Sontak saya jawab, ya ana min Indonesia search Odest Hotel, ia pun menunjukkan ke sebelah utara sekitar 200 meteran, ini sebuah pengalaman pagi pertama di Madinah tersesat jalan ke hotel karena tidak memperhatikan tadi masuk lewat pintu nomor berapa? Padahal di Masjid Nabawi sudah dikontruksi begitu masuk masjid Nabawi tertera nomor pintu kita datang dan pulang diingat supaya tidak tersesat.
Modal keyakinan bisa beribadah di Masjid Nabawi dengan selalu mendampingi orang tua tercinta yang sudah sangat tua usia 85 tahun, alhamdulillah ibadah salat wajib setiap waktu dapat dijalani dengan baik, rasanya sangat rugi jika tertinggal walaupun keinginan selalu berada pada saf terdepan dekat Raudah, namun karena membawa orang tua yang jalannya harus sedikit bersabar dan kasian jika berjalan terlalu jauh, kadang mengambil saf yang dekat pintu masjid kedatangan, namun jika masih banyak luang waktu lebih awal berusaha berada di sekitar Raudah. Raudah ini suatu tempat tidak terlalu luas antara mimbar dengan makam Rasulullah Saw atau lebih luasnya lagi bangunan awal Masjid Nabawi yang dibatasi dengan pembatas oleh petugas masjid.
Kendala komunikasi dengan rekanan satu tim dari Bogor karena tidak memiliki kuota internet, sementara WIFI internet hotel kadang nyambung kadang tidak karena mungkin banyak yang menggunakan ternyata membawa hikmah fokus mendampingi orang tua dan fokus ibadah tanpa diganggu dengan membaca WA, namun komunikasi kadang menjadi tidak tahu rencana tim mau ke mana bahkan ke tempat-tempat belanja sama sekali blank, Allah maha tahu pergi ke Tanah Suci dengan tidak membawa bekal yang cukup hanya modal nekad dan keinginan yang besar berziarah di Makam Rasulullah di Madinah dan melaksanakan rangkaian umroh di Makkah.
Kegiatan di Madinah lebih banyak pada kegiatan ritual di sekitar Masjid Nabawi mulai dari salat, zikir, membaca Al-Qur’an, itikaf, salawat dan mengikuti pengajian al-Qur’an bersama anak-anak pada halaqah yang tersedia dan berziarah setiap waktu salat jika masih sempet. Selain kegiatan ibadah mahdoh di Masjid Nabawi ini tersedia perpustakaan ( Librari), namun belum sempet masuk dan membaca buku-bukunya karena alasan sang Kakek minta pulang ke hotel dan ingin istirahat, kadang disuruh istirahat saja tiduran di dalam masjid dengan niat itikaf sambil membaca Al-Qur’an keinginan besar sih khatam satu Al-Qur’an selama di Madinah, namun apa daya hanya bisa sampe 1/3 nya tepatnya sampai juz 11 selama 4 hari.
Kedatangan di Masjid Nabawi ini tentu membawa pengalaman batin yang luar biasa, setiap orang tentu berbeda, beda keinginan dan niatan beda pula yang dirasakan, tidak menutup kemungkinan walau pun ini berada di masjid sedikit mendekati syirik, na’udu billah, maka luruskan niatan kita beribadah hanya kepada Allah dan merindukan syafaat Rasulullah dengan memperbanyak salawat, salam kepadanya dan para sahabat Ahlul Baqi.
Kehadiran Rasulullah di Majelis Masjid Madinah magnetnya terasa kencang, air mata kerinduan kepadanya tak terasa mengalir deras, apalagi kita berada di Raudah, di sekitar Raudah saja yang jaraknya sekitar 30 meteran sangat terasa, keharuman, kemistri Rasulullah serasa berada di depan kita, sontak saja lisan tak berhenti membaca salam, “Assalamu ‘alaika Ya Rasulallah, Assalamu ‘alaika ya Habiballah, Asslamu ‘alaika yang Khatamul Anbiya wal mursalin taqabbal minna min ummatika ya Rasul wa taqabbal ya Karim”.
Masjid Nabawi ini merupakan salah satu magnet kedatangan jutaan orang setiap hari ke Arab Saudi untuk datang ke Madinah, jika di Mekkah ada Masjdil Haram yang didalamnya terdapat Kakbah dan sumber air zamzam, di Madinah karena ada makam Rasulullah, begitu indahnya kontruksi Allah yang membagi jamaah yang datang tidak terfokus pada satu tempat di Masjidil Haram atau Madinah, tetapi keduanya beriringan dan bersamaan, sehingga konsentrasi orang tetap terbagi ada yang ke Mekkah dan ada yang ke Madinah, hanya pada satu momen mereka tumplek bersamaan di Padang Arafah sebuah tempat yang sangat luas untuk mengambil wuquf sebagai rangkaian rukun ibadah haji. Wuquf di Padang Arafah ini lah yang menjadi pembeda antara haji dan umroh. Jika wuquf di padang Arafah hanya ada pada tanggal 9 Zulhijjah tidak ada pada tanggal lainnya dan bulan lainnya, sedangkan pada umroh tidak ada wuquf di Arafah, hanya berkunjung ke Padang Arafah ketika citytour Makkah.
Dengan adanya makam Rasulullah di Masjid Nabawi ini sebagai salah satu magnet utama orang datang ke Madinah apalagi ada hadis yang mengatakan ibadah di Masjid Nabawi dilipatgandakan 1000 kali kebaikan, begitu juga bertepatan dengan bulan Sya’ban dilipatgandakan 700 kali lipat, maka kebaikan menjadi 700.000 kebaikan, subhanallah begitu indahnya ibadah di Masjid Nabawi terutama pada bulan-bulan utama seperti Rajab, Sya’ban dan Ramadan, rasanya sangat rugi jika berada di Madinah tidak melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi ini, inilah sesungguhnya Exiting Trip to Madinatu Nabi.
Target ibadah di Masjid Nabawi tentunya mengejar salat arba’in berarti 40 waktu. Hal ini tentu bagi jamaah haji yang lebih lama 8-10 hari dapat tercapai, tetapi untuk jamaah umroh yang dibatasi pada umunya 4-6 hari saja di Madinah tidak dapat mencapainya, maka salah satu solusinya beribadah sunnah sebanyak-banyaknya selama di Masjid Nabawi bila perlu 40 rakaat sehari semalam mulai dari salat qiyamulai,tahajud, witir, hajat, istikharah, di pagi hari duha, salat rawatib dan salat mutlak agar dapat mencapai arba’in.
Di Masjid Nabawi ini jamaah laki-laki dan perempuan tertata dengan baik secara terpisah, tertib dan pintu-pintu terbuka dengan identitas nomor setiap pintunya tertera besar di pagar Nabawi. Kemungkinan jika selalu memperhatikan nomor ini tidak mungkin tersesat menuju hotel. Ibadah di Masjid Nabawi terasa nyaman, tertib, tertata dengan sangat baik, 4 hari di Madinah rasanya baru 15 menit saja apalagi ketika kita salat kebagian di sekitar Raudah, atau paling tidak baris terdepan belakang Ar-Raudah, kehadiran Rasulullah sangat terasa mata kebahagiaan berlinang air mata, lisan kita tak berhenti mengucapkan salam kepada baginda Rasul Assalamu ‘alaika ya Rasulallah, assalamu ‘alaika ya Habiballah, Assalamu ‘alaika ya Khatamul Anbiya wa almursalin, assalamu ‘alaika ya Abu Bakar Sidik, Assalamu ‘alaikum ya Ashabi Rasul, Assalamu ‘alaikum ya Ahlil Baqie.
Setelah salat berjamaah jika kita tidak ditakdirkan dapat melakukan ibadah di Raudah kita diberi kesempatan untuk berziarah ke Makam Rasulullah sambil antri melewati dan berdoa, bagi jamaah yang terkendala fisik dapat menggunakan kursi roda dan difasilitasi untuk berziarahnya oleh petugas askar. Sungguh memberikan kesempatan bagi semua kalangan, bahkan untuk masuk ke Raudah dahulu harus berebut dan saling sikut, sekarang lebih tertata denga tertib daftar melalui aplikasi dan menunjukkan tasyrih dan surat dari muasasasah yang dibawa oleh travel masuk dengan tenang, sedangkan yang tidak menunjukkan itu hanya dapat berziarah.
Masjid Nabawi sangat nyaman untuk ibadah, nyaman juga untuk belajar, di dalam masjid anak-anak, dewasa sangat mudah ditemukan sedang belajar Al-Quran dalam bentuk halaqah-halaqah, ini menggambarkan begitu kuatnya halaqah di masjid Nabawi seperti apa yang dilakukan pada zaman Rasulullah, karena masjid masa Nabi dan masa Khulafaur Rasyidin berpusat dari Masjid Nabawi ini, baik terkait dengan ibadah, muamalah, pemerintahan, tarbiyah dan social. Penataan Masjid Nabawi tidak hanya nampak pada masjidnya saja, akan tetapi bentuk bangunan yang mengelilinginya pun tertata dengan baik bentuk kotak seakan semuanya menghadap masjid nabawi dan lorong-lorong jalan sejajar dengan pintu-pintu masjid Nabawi. Dari segi bahasa orang Indonesia tidak perlu khawatir tidak bisa bahasa Arab, karena hampir semua pedagang di Madinah sedikit mengerti bahkan fasih bahasa Indonesia, begitu juga dengan uang rupiah mereka begitu familiar dengan sebuatan Real Jokowi, sebuah mata uang yang disandingkan dengan presiden Indonesia Jokowi.
Selain keindahan dari segi arsitektur masjid Nabawi, secara relijius keindahan ibadah di Masjid Nabawi 1000 kali dari masjid lain, apalagi pas bertepatan dengan bulan Sya’ban dikalikan lagi 700 kali, maka sekali kita melakukan kebaikan diganjar 700.000 kebaikan, ini suatu kesempatan sangat langka dan tidak disia-siakan, rasanya rugi sekali jika kita melewati salat tidak di Masjid Nabawi. Keindahan lainnya keindahan batiniyah yang tiada tara, beribadah di sekitar Raudah ( sebuah bangunan awal masjid Nabawi) apalagi di sebelah makam Rasulullah Saw rasanya bertemu langsung dengan Rasulullah dalam satu majlis yang sangat dirindukan para sahabat, kepuasan batiniyah sungguh sangat luar biasa, tidak semua orang dapat merasakan ibadah di tempat ini, jika berkesempatan masuk berdoa di Raudah berdoa yang mustajab, sedangkan yang tidak berkesempatan jangan berkecil hati karena selalu tersedia setiap waktu berziarah melewati makam Rasulullah yang sudah diatur antara jamaah laki-laki dengan perempuan berbeda jalur, ucapan doa depan Rasulullah ‘Assalamu ‘alaika Ya Rasulallah Taqabbal minna min ummatika” agar kita menjadi ummatnya. Begitu senangnya dan begitu bahagianya jika kita diakui sebagai ummatnya Nabi Muhammad Saw,
You must be logged in to post a comment.